Jumat, April 19, 2024
BerandaBale BandungAngka Kemiskinan Kabupaten Bandung 2019 Turun Jadi 5,95 Persen

Angka Kemiskinan Kabupaten Bandung 2019 Turun Jadi 5,95 Persen

Bupati Bandung Dadang M. Naser saat peresmian Gedung Pusat SLRT di Soreang, Senin (18/1/21). by Humas Pemkab

SOREANG, Balebandung.com – Kepala Dinsos Kabupaten Bandung Nina Setiana menyatakan angka kemiskinan Kabupaten Bandung makin menurun. Tercatat pada tahun 2017 berada di angka 7,65 persen, tahun 2018 turun menjadi 6,65 persen dan turun lagi menjadi 5,95 persen di tahun 2019.

Namun, tukas Nina, seperti halnya di daerah lain di masa pandemi Covid-19 ini tentu ada kenaikan lagi pada angka kemiskinan Kabupaten Bandung, karena adanya misbar (miskin baru).

“Dan ini menjadi tantangan kita untuk menurunkan kembali. Sempat di 2017 tinggi, itu bisa turun karena adanya integrasi program-program penanganan kemiskinan,” ungkap Nina Setiana saat persemian Gedung Pusat SLRT Sabilulungan di Soreang, Senin (18/1/21).

Apabila di lapangan ditemukan ada warga miskin yang tidak mendapatkan bantuan, jelas Nina, cukup datangi Puskesos (Pusat Kesejahteraan Sosial) yang merupakan miniatur SLRT di tingkat desa. Karena puskesos pun memiliki potensi sumber yang bisa menyelesaikan permasalahan kemiskinan masyarakat.

“Data puskesos terkoneksi dengan SLRT di tingkat kabupaten, jadi ada mekanismenya. Bila puskesos tidak memiliki potensi sumber untuk menyelesaikan permasalahan warga miskin dan rentan miskin, maka bisa dirujuk ke SLRT yaitu di gedung baru ini. Tinggal melaporkan by name by address, sehingga kita bisa langsung merujuk ke program-program penanggulangan kemiskinan di perangkat daerah dan tergabung dalam tim koordinasi penanganan kemiskinan daerah,” papar Nina.

Warga yang membutuhkan bantuan dan perlindungan jaminan sosial, urai Nina, ada dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikeluarkan Kementerian Sosial (Kemensos). Ketika ada warga yang tidak masuk data padahal mereka adalah warga miskin, maka ada mekanisme yang dikerjasamakan dengan puskesos.

“Data warga ini harus masuk dahulu dalam DTKS, ada mekanisme verivali (verifikasi dan validasi) yang dilakukan puskesos. Jadi ke depan, data-data itu akan lebih tertib dan tepat sasaran. Pilar-pilar sosial yang menjadi komponen mitra kerja kita, akan membangun sebuah sistem layanan dan perlindungan sosial yang terintegrasi, juga memberikan ketepatan dan keakuratan data,” terang Nina.

Gedung SLRT Sabilulungan diresmikan Bupati Bandung Dadang M. Naser. Gedung yang sempat mengalami kebakaran itu, menghabiskan biaya sekitar Rp. 7,8 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Insentif Daerah (DID).

“Alhamdulillah, hari ini kita meresmikan Gedung Pusat Layanan Rujukan Terpadu Penanganan Kemiskinan Sabilulungan. Penanganan kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya, berjenjang dari Puskesos di tingkat desa dan kecamatan serta dikoordinasikan di tingkat kabupaten, di gedung baru ini,” ungkap Bupati Bandung.

Dengan adanya SLRT, Bupati Bandung berharap tidak ada lagi warga miskin yang tidak sekolah, kelaparan atau tidak dilayani di rumah sakit. “Gedung yang cukup representatif untuk seluruh layanan kemiskinan. Ini berkolaborasi dengan berbagai perangkat daerah, baik masalah administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, termasuk dengan DPMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa). Karena untuk operasional puskesos ada anggaran yang dititipkan melalui ADPD (Anggaran Dana Perimbangan Desa),” terang bupati.

Dadang pun mengapresiasi jajaran Dinas Sosial (Dinsos) bersama seluruh komponen pilar sosial yang tersebar di 270 desa dan 10 kelurahan di seluruh Kabupaten Bandung. “Inovasi layanannya sudah serba digital. SLRT Sabilulungan terlengkap dan dijadikan percontohan nasional. Tentu kami berharap, gedung baru ini semakin mendukung upaya penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bandung.” tutur Dadang Naser.***

BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERKINI