LEMBANG – Adanya kasus temuan flu burung yang kembali marak akhir-akhir ini membuat Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bandung Barat meningkatkan kewaspadaan. Kendati hingga kini belum ada laporan yang masuk terkait adanya unggas yang terjangkit virus ini, tapi pengawasan terus dilakukan mengingat virus ini kerap terjadi pada Januari sampai April setiap tahunnya.
Kepala Disnakan KBB Adiyoto didampingi Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Hewan Wiwin Aprianti mengatakan pihaknya sempat mendapatkan laporan adanya kematian 6 ekor ayam dan 3 ekor entog di Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang. Kematiannya yang mendadak membuat khawatir hal itu disebabkan flu burung sehingga pemiliknya melaporkan ke pihaknya.
“Kami langsung kirim petugas ke lokasi dan ternyata kematian ayam dan unggas itu akibat tetelo,” tukas Wiwin, Jumat (25/3/16).
Hal itu dipastikan setelah pihaknya datang ke tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan rapid tes kepada ayam dan unggas itu yang sudah dibuang. Ternyata hasilnya menunjukkan kematian akibat tetelo. “Penyakit tetelo itu tidak membahayakan bagi manusia dan hanya menyerang pada unggas,”terang Wiwin.
Meski begitu, pihaknya mengingatkan risiko unggas terjangkit virus H5N1 sangat besar. Hal itu berkaca pada pengalaman sejak tahun 2006 sampai 2015, bahwa siklus penyebaran flu burung selalu terjadi pada rentang waktu Januari sampai April pada setiap tahunnya.
“Berdasarkan data, dari Januari sampai April 2015 sebanyak 140 ekor itik mati akibat flu burung yakni 100 ekor di Kecamatan Batujajar dan 40 ekor itik di Kecamatan Cipeundeuy,” sebut Wiwin. (fik)