JATINANGOR, Balebandung.com – Perencanaan pembangunan Perpustakaan IPDN Jatinangor mengalami berbagai perubahan baik dari segi desain gedung perpustakaan dan konsep mekanikal elektrikal.
Kepala Biro Adm Umum dan Keuangan IPDN Dr Bernhard E Rondonuwu S.Sos MSi menjelaskan salah satunya perubahan yang mendasar terjadi di lahan parkir atau basement.
“Berdasarkan masukan dari berbagai pihak, karena di IPDN itu sulit lahan parkir, sehingga diharapkan ada basement untuk parkir kendaraan. Perubahannya yaitu awalnya tanahnya akan diurug karena lokasi gedung perpustakaan berada di dataran rendah, menjadi dibuat basement,” kata Bernhard saat paparan di Ruang Grha Wyata Praja IPDN, Kamis (3/10/19).
Masukan lain dari beberapa pejabat di IPDN, setiap lantai harus ada semacam kantin (foodcourt). “Agar para pembaca semakin betah dan tidak harus keluar gedung untuk membeli makan. Karena jumlah lantainya 5, maka akan ada eskalator terbuka untuk memudahkan para pembaca dan guru besar untuk mobilitas dari lantai satu ke lantai berikutnya,” jelas Benhard.
Untuk memberikan rasa nyaman kepada profesor dan guru besar, maka akan disediakan ruang baca profesor, ruang baca mahasiswa, dan guru besar. Termasuk adanya toilet di setiap ruangan dan toilet untuk penyandang disabilitas.”Tak hanya WC di setiap lantai juga ada mushola dan ruang pertemuan antara praja, dosen, dan profesor,” imbuhnya.
Dari segi outdoor terjadi perubahan di atap gedung, yang tadinya seperti buku terbuka, menjadi buku terbalik. “Karena kalau buku terbuka dikhawatirkan akan bocor,” tukasnya.
Baca juga; IPDN Jatinangor Segera Bangun Gedung Perpustakaan Pusat
Sementara itu, Kepala Desa Cibeusi, Yoyo Iskandar mengatakan lokasi pembangunan ada di RW 03 dan 07 Desa Cibeusi. Sehingga, ada permintaan dari masyarakat yang harus diperhatikan pihak IPDN. Seperti izin lingkungan, Amdal termasuk pemberdayaan warga sekitar seperti Karang Taruna.
“Kami mewakili warga meminta perhatikan dampak lingkungan selama proses pembangnan, seperti bising, debu dan mobilitas mobil besar dan dampak lalu lintasnya. Karena lokasi pembangunan dekat dengan akses ke kantor desa sehingga dikhawatirkan mengganggu masyarakat,” kata Yoyo.
Termasuk dampak ketinggian bangunan, karena di pinggir perpustakaan banyak bangunan rumah warga yang dikhawatirkan mengganggu rumah warga. “Kalau perusahaan swasta kalau mau membangun ada sosialisasi ke warga sekitar. Apa yang dikehendaki warga dan kompensasi kepada warga sendiri seperti apa jangka pendek dan panjangnya,” ujarnya.***