SOREANG – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bandung, mengimbau para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menahan diri untuk tidak dulu melakukan peningkatan produksi dan pengembangan usaha.
Imbauan diserukan menyikapi dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat yang hingga hari ini mencapai Rp 14.800. Nilai tukar rupiah yang terjepit oleh dolar Amerika ini membuat sejumlah bahan baku produksi yang harus diimpor melambung tinggi.
“Sebaiknya para pelaku UMKM menahan diri dulu. Jangan melakukan dulu pembelian bahan baku dan alat produksi yang harus diimpor. Selain itu jangan dulu juga mengajukan kredit ke bank, soalnya suku bunga bank juga saat ini sedang labil enggak bagus,” kata Ketua Bidang UMKM Kadin Kab Bandung Yus Hermansyah, Rabu (12/9/18).
Dikatakan Yus, saat ini para pelaku UMKM di Kabupaten Bandung merasakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah. Rata rata terjadi kenaikan harga bahan baku dari 5 hingga 15%. Sehingga, para pelaku UMKM ini merasa kesulitan untuk memproduksi dan menjual hasil produksinya.
“Para pelalu UMKM seperti perajin tahu dan tempe banyak yang menghubungi saya dan mengeluhkan kondisi saat ini. Karena harga kedelai impor naik sampai 15%. Usaha lainnya juga sama, harga bahan baku yang terbuat dari besi naik sekitar 5%, seperti komponen besi untuk bahan mebeul yah. Situasi ini akan semakin parah kalau dolarnya enggak segera turun atau bahkan naik lagi. Kami khawatir produsen bahan baku menahan atau menimbun dulu dagangannya, kalau begitu bakal terjadi kelangkaan bahan baku yang bisa bikin semakin pusing pelaku UMKM,” urai Yus.
Mengamati kondisi saat ini, lanjut Yus, para pelaku UMKM yang memang lebih banyak menggunakan bahan baku atau dagangan impor sebaiknya menahan diri dulu. Dia bilang, saat ini pelaku UMKM yang terdampak kenaikan harga dolar terbilang merata, seperti usaha kuliner, Tekstil Produk Tekstil (TPT), logam dan lainnya.
“Pelaku usaha cotton bud di Soreang juga ada yang mengeluh ke saya soal naiknya harga baham baku kapas. Dia nanya ke saya, siapa tahu ada tempat yang jual bahan baku lebih murah. Tapi yah, memang enggak ada yang murah, jadi sulit juga untuk berkembang dalam situasi seperti ini untuk para pelaku UMKM,” ungkapnya.
Untuk memimalisir dampak negatif dari kenaikan harga dolar ini, kata Yus, sebaiknya pemerintah bisa memperingan beban para pelaku UMKM. Misalnya dengan tidak dulu memberlakukan kewajiban pajak setengah persen terhadap para pelaku UMKM. Kemudian juga memastikan kemudahan dan ketersediaan bahan baku produksi. ***