CIPARAY, balebandung.com – Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bandung melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) terhadap ratusan relawan satuan tugas perlindungan anak tingkat pemula yang berasal dari kalangan para siswa SMA/SMK di Graha Shakti Kabuyutan Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Selasa (9/8/2022).
“Jadi hari ini memberikan bekal kepada para siswa yang menjadi relawan itu untuk melakukan pengawasan terhadap anak, oleh anak dan untuk anak,” kata Ketua KPAD Kabupaten Bandung Ade Irfan Al Anshory kepada wartawan disela-sela pelaksanaan bimtek.
Karena, kata Ade, banyak anak-anak yang menjadi korban (kekerasan), tetapi tidak mau untuk melapor karena takut dan lain suatu hal. Tetapi dengan adanya relawan ini, Ade berharap, korban tersebut bisa diajak berbicara.
“Bahkan sesama teman, bisa saling curhat. Pada akhirnya dengan harapan kedepannya, bisa menindaklanjuti, walaupun dalam penanganan korban kekerasan ada di pihak lain. Sedangkan pelakunya bisa ditindak atau ditangani oleh aparat penegak hukum atau kepolisian,” katanya.
“Kami (KPAD) hanya melakukan pengawalan. Pengawalan ini sangat dibutuhkan. Kami diberi tugas atau beban, terkait perlindungan anak untuk mendampingi pelaporan bagi masyarakat yang perlu, takut atau canggung untuk melapor. Kami siap untuk mendampingi. Itu salah satu tugas dan ada tugas-tugas lainnya mencari data, informasi perlindungan anak dan pengawasan,” imbuhnya.
Ade mengatakan, dengan menghadirkan para relawan dari kalangan SLTA itu, disaat ada anak yang menjadi korban kekerasan karena takut melapor ke polisi, KPAD siap mendampinginya. “Insya Allah tidak dipungut biaya apapun,” ujarnya.
Ade juga menyebutkan bjb syariah suport pada kegiatan bimtek tersebut, karena KPAD tak memiliki anggaran untuk kegiatan tahun ini.
“Insya Allah tahun depan, Pemkab Bandung melalui kebijakan Bupati Bandung ada anggaran untuk kegiataan komisi perlindungan anak,” katanya.
Tahun ini, kata dia, hanya dalam bentuk relawan dan sudah menjadi tugas yang melekat dalam melakukan perlindungan terhadap anak.
“Maka, kami jalani semampunya. Tapi tahun depan anggarannya di suport oleh Pak Bupati Bandung,” ujarnya.
Ade mengatakan adanya masyarakat yang melapor terkait kasus kekerasaan terhadap anak, bukan berarti kasusnya meningkat. Tetapi bisa juga karena kesadaran masyarakat mulai tumbuh untuk melaporkan kekerasan tersebut.
“Maka disitulah ketika banyak yang berani melapor, akhirnya banyak atau meledak yang melapor kasus kejadiannya. Nantinya akan terjadi penurunan kasus. Dan memang harapan kami ke sana, ada kesadaran masyarakat untuk melapor. Semakin banyak orang tahu cara melapor, yang pada akhirnya akan membuat pelaku jera untuk berbuat kekerasan disaat banyak orang yang mendampingi. Termasuk media juga turut melakukan pengawalan, sehingga membuat kasusnya tidak mandek,” tuturnya.***