
BANDUNG – Salah satu target kinerja yang ingin dicapai selama masa pemerintahan Ridwan Kamil-Oded M Danial adalah menciptakan 100.000 lapangan kerja baru. Pada tahun 2016, Kota Bandung menargetkan pencapaian 35.000 wirausahawan baru yang dibebankan kepada 5 dinas, salah satunya adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (KUKM dan Perindag) Kota Bandung.
KUKM Perindag menargetkan sebanyak 8.376 wirausahawan baru pada tahun 2016. Wirausahawan yang terdaftar akan diberikan bantuan berupa pendampingan dan diklat yang difokuskan ke dalam 4 bidang, yakni kuliner, fashion, kerajinan tangan, dan manajemen usaha.
“Saat ini baru ada 2.622 wirausahawan baru,” sebut Aa Nurullah, Kepala Bidang Pengembangan Usaha Koperasi, Aneka Usaha, dan Simpan Pinjam saat Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota, Kamis (19/5/16).
Dari jumlah tersebut, terang Aa, baru 150 orang yang telah mengikuti diklat. Aa menyatakan akan ada 32 kali program diklat sepanjang tahun 2016. Menurutnya program ini diperuntukkan bagi seluruh warga Kota Bandung. Ada dua kategori, yakni kategori yang baru akan memulai usaha dan kategori yang telah memulai namun ingin mengembangkan usahanya. “Ada seleksi dan wawancara,” jelas Aa.
Selain program wirausaha baru, Dinas KUKM dan Perindag saat ini memiliki dua program prioritas lainnya, yakni program wirausaha baru, penciptaan lapangan usaha baru, dan mengawasi pergerakan rentenir.
Program penciptaan lapangan usaha baru dilakukan melalui optimalisasi koperasi-koperasi dan mendorong dibentuknya unit-unit usaha di Kota Bandung. Saat ini, Dinas KUKM Perindag juga tengah mengembangkan 105 koperasi di kelurahan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan.
“Jadi ada dua kelompok, yang pertama adalah kelompok koperasi, yang kedua kelompok industri-industri kecil yang ada di masyarakat.” Dinas KUKM dan Perindag mengelola 890 kelompok yang terdiri dari 600 kelompok koperasi dan 290 kelompok industr.
Menurut penuturan Aa, terdapat 2.500 koperasi di Kota Bandung. Dari jumlah tersebut, 1.500 koperasi dinyatakan aktif, 1.000 sisanya berstatus dalam binaan. “Kita dorong koperasi agar kegiatannya tidak hanya simpan-pinjam, tapi juga harus ada unit usaha lain,” ujar Aa.
Program prioritas yang ketiga adalah program Kredit Melati. Program ini bertujuan untuk mempersempit ruang gerak rentenir yang kerap diresahkan oleh masyarakat. Selain itu, Kredit Melati dimaksudkan untuk membantu masyarakat pengusaha dalam meningkatkan modal dan mendorong penciptaan wirausahawan baru.
Kredit ini memberikan pinjaman kepada warga, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp30 juta, tanpa bunga yang disalurkan melalui PD BPR Kota Bandung. “Kredit Melati bisa didapat baik melalui kelompok, melalui perorangan yang sudah memiliki usaha, maupun melalui koperasi,” jelas Aa.