
Kegiatan yang mengusung tema #Hayukeunkabbandung ini merupakan upaya untuk mengingatkan dan meningkatkan kembali pemahaman akan pentingnya penerapan kearifan lokal sejak dini, salah satunya adalah kaulinan budak.
“Kaulinan budak sesungguhnya bukan hanya media untuk bersenang-senang. Lebih dari itu didalamnya mengandung kitab budi pekerti yang sarat akan makna yaitu pelajaran kedisiplinan, kepercayaan diri, kehidupan bersama, dan kepekaan sosial. Bahkan yang terpenting adalah adanya muatan ahlak budaya yang merupakan salah satu pilar yang akan membentuk karakter anak di masa depan sebagai manusia sosial,” jelas Vera, ketua penyelenggara.
Perkembangan jaman terutama dengan kemajuan tekhnologinya perlahan mulai mengikis kebiasaan primitif masyarakat beralih kepada kebiasaan modern yang serba instan .Tanpa adanya penyeimbang, hal tersebut dikhawatirkan akan menghilangkan jati diri bangsa.
Hal tersebut bukan hanya terjadi pada masyarakat dewasa, tetapi sudah merambah ke dunia anak-anak. Gadget merupakan contoh nyata betapa tekhnologi begitu berpengaruh besar pada masyarakat termasuk anak-anak. Saat ini, sebagian besar dari mereka lebih senang memainkan game online daripada bermain bersama anak sebayanya di halaman rumah.
”Kebiasaan itulah yang akan coba perbaiki, anak-anak harus mau kembali bermain bersama teman sebayanya dengan memperkenalkan kaulinan budak melalui guru di sekolah mereka. Karena itu tujuan utama dari kegiatan ini adalah kami ingin mendorong supaya kaulinan budak ini bisa diterapkan di sekolah dasar sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal. Sebab lingkungan terdekat dengan anak adalah lingkungan sekolahnya, dan biasanya apa yang diterapkan di sekolah akan lebih didengar dan dilaksanakan oleh anak anak,” tutur Vera.
Sekitar 50 orang guru dari seluruh kecamatan di Kabupaten Bandung hadir sebagai peserta workshop. Mereka begitu antusias dengan kegiatan tersebut karena pada dasarnya para peserta juga memiliki pandangan yang sama akan pentingnya kaulinan budak sebagai salah satu sarana komunikasi di kalangan anak. Dengan bermain bersama, kecerdasan dan ketangkasan anak akan lebih seimbang.
Dalam workshop, peserta disuguhi materi tentang pentingnya kaulinan budak dari berbagai sudut pandang. Narasumber yang dihadirkan diantaranya budayawan Budi Dalton, konsultan pengasuhan dan kesejahteraan anak Dr.Budi Muhammad Taftazani MPS.Sp dan Abah Undang salah satu tokoh adat yang masih mempertahankan tradisi. Kegiatan workshop Hayu Ulin tersebut terselenggara atas dukungan penuh Yayasan Mandala Institute yang diinisiasi Ahmad Najib Qudratullah, budayawan sekaligus anggota DPRRI Komisi XI DPR RI.