Kaulinan Urang Lembur Bukan Sekadar Permainan

oleh -55 Dilihat
oleh

bb-kaulinan urang lembur (1)SOREANG – Kaulinan Urang Lembur bukan sekadar permainan rakyat biasa. Kaulinan tradisional ini bisa menumbuhkembangkan kreativitas anak sebab berorientasi pada peningkatan kecerdasan anak~anak, terutama anak~anak usia dini. Selain mengandung unsur filosopi, permainan ini juga lebih mengedepankan rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Adalah Komunitas Hong, sebuah komunitas yang peduli dan berupaya melestarikan mainan dan permainan rakyat jaman dahulu. Komunitas ini berdiri sejak tahun 2003 yang berawal dari penelitian seorang pria kelahiran Subang, Mohamad Zaini Alif yang menempuh pendidikan S1 Design Produk di ITENAS dan S2 di ITB. Pada 1996, tugas akhir tugas akhir studi Zaini mengambil permainan rakyat Indonesia sebagai objek penelitiannya.

Hingga kini Ketua Komunitas Hong, DR. Zaini Alif mengatakan, ia beserta tim Komunitas Hong terus berupaya menggali berbagai jenis kaulinan urang lembur. Kini komunitas ini sudah beranggotakan sekitar 150 orang mulai dari anak-anak berumur 6 tahun hingga orang dewasa yang sudah berumur 90 tahun. Mengapa ada orang dewasa dalam komunitas ini? Ya, orang dewasa bertugas untuk membuat alat mainan dan mengajarkan juga membimbing anak-anak untuk bermain.

Kini Zaini mendirikan Komunitas Hong dengan tekad untuk melestarikan mainan dan permainan rakyat. Dalam penelitiannya terdapat sekitar 250 jenis permainan rakyat Jawa Barat. Bayangkan, baru dari Jawa Barat saja sudah berjumlah 250 jenis permainan. Alangkah sayangnya jika semua permainan tersebut punah akibat perkembangan jaman yang ada.

Komunitas Hong menggali permainan yang terdapat dalam naskah-naskah kuno dan mencoba untuk merekonstruksi kemudian diajarkan kepada anak-anak sebagai media pembelajarannya untuk mengenal dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya.

Menurut Zaini, cara memberi pembelajaran kepada anak-anak yaitu dengan cara yang ia sukai. Anak-anak sedang ada dalam tahap bermain sehingga mereka akan lebih paham jika belajar tersebut melalui permainan.

Baca Juga  Capetang, Sarana Kreativitas Anak di Pemkab Bandung

Dengan acuan pandangan tersebut maka Komunitas Hong sebagai Pusat Kajian mainan Rakyat mencoba untuk:
– Melestarikan produk mainan rakyat sebagi artefak budaya agar tidak punah dan tetap lestari
– Melakukan binaan budaya bermain anak melalui pelatihan untuk anak-anak agar budaya bermain yang berbasis budaya lokal tetap bertahan
– Mengembangkan produk mainan rakyat sebagai dasar pengembangan mainan anak yang ada untuk kebutuhan dalam dunia pendidikan

Mengacu pada tujuan-tujuan tersebut, komunitas Hong menerapkan kegiatan-kegiatan, antara lain
– Pembuatan Kampung Kolecer, tempat melatih mainan dan permainan rakyat yang ada di Kampung Bolang,Desa Cibuluh Kec. Tanjungsiang Kab. Subang
– Pendirian Musium Mainan Rakyat di Bandung mengangkat dan memperkenalkan mainan rakyat
– Menyelenggarakan Festival Kolecer, yaitu festival mainan rakyat dengan berbagai upacara adat dalam
pendirian mainan

Permainan rakyat bukan sekadar permainan biasa. Di dalam permainan rakyat selalu ada nilai yang terkandung di dalamnya. Permainan rakyat mengajarkan kepada anak agar mengerti bagaimana cara bersosialisasi, bagaimana ia menggunakan otak kanan dan kirinya, dan juga bagaimana ia harus bersikap kepada Tuhan.

Contohnya saja permainan Petak Umpet. Mungkin sampai sekarang banyak dari kita yang tidak tahu makna di balik permainan tersebut. Ketika bermain petak umpet kita sebagai kucing (yang berjaga) harus mencari teman kita yang sedang bersembunyi, saat sudah ketemu, maka harus mengucapkan kata yang bermakna ketemu yang biasanya berbeda di setiap daerah. Dalam bahasa Sunda harus menyebutkan kata ‘hong’ yang artinya ketemu.

Setelah ketemu maka pemain yang ketemu tersebut tidak bisa bermain lagi dan hanya bisa menonton permainan yang tetap berlanjut. Begitu juga dengan kehidupan kita yang sedang bermain di dunia dan pada akhirnya ketemu Tuhan maka permainan kita berakhir dan hanya bisa melihat dunia (permainan) terus berlanjut. Kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Baca Juga  Pemkab Tetapkan Status Tanggap Darurat Kekeringan

Dengan begitu permainan rakyat berbeda dengan permainan modern yang hanya mengandalkan kreativitas, cenderung membuat anak individualis, dan tidak peka terhadap lingkungannya.

Komunitas Hong ini, seringkali diundang ke dalam acara-acara kebudayaan dan juga yang berhubungan dengan alam. Dalam acara tersebut biasanya mereka mengadakan pertunjukan permainan rakyat, mengadakan pameran mainan rakyat, dan kita pun bisa mencoba memainkan mainan-mainan tersebut. Mereka membuatnya sendiri sehingga dapat juga dijual sebagai souvenir yang merupakan salah satu sumber dana untuk Komunitas Hong ini.

Zaini cukup mandiri dalam pendanaan Komunitas Hong. Ia hanya mengandalkan dari dana pribadi, sumbangan, dan hasil penjualan dari workshop dan souvenir. Walaupun begitu Komunitas Hong sudah dapat memberikan bantuan beasiswa kepada beberapa anak-anak anggota dari Komunitas Hong agar tetap bisa bersekolah.

Anak-anak pun senang karena mereka tetap bisa sekolah dan bermain serta dapat menghasilkan uang untuk membantu orang tuanya dari hasil menjual mainan tersebut menjadi souvenir. Zaini juga bertekad Komunitas Hong ini harus terus berjalan walau tidak ada dana. Hal tersebut agar permainan dan mainan rakyat tetap dapat lestari di jaman modern ini.

Ketua Panitia Kaulinan Urang Lembur Lilis Maryati mengatakan dalam pelestarian Kaulinan Urang Lembur perlu peran masyarakat di dalamnya terlebih di tengah makin maraknya permainan modern .

“Permainan modern tidak menumbuhkan kreativitas karena lebih bersifat individualistis dan tidak peka dengan lingkungannya. Beda dengan Kaulinan Urang Lembur yang lebih memprioritaskan kerja sama dan kebersamaan,” tutur Lilis. Herwina Wahyutami

No More Posts Available.

No more pages to load.