SOREANG, balebandung.com – Bupati Bandung Dadang Supriatna melarang Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Bandung melakukan flexing atau pamer kekayaan dan gaya hidup glamor.
Menurut bupati tindakan tersebut tidak pantas dilakukan, terutama di tengah kondisi masyarakat yang sedang menghadapi tekanan ekonomi akibat dampak krisis ekonomi global.
Pesan itu ia sampaikan usai menutup Musyawarah Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Bandung ke-2 di Sutan Raja, Soreang, Jumat (26/9/2025).
Bupati Bandung mengungkapkan hal ini atas fenomena pejabat beserta keluarga, termasuk istri dan anaknya yang melakukan flexing atau pamer kemewahan di media sosial.
“Saya harap aksi flexing yang dilakukan ASN dan pejabat beserta keluarganya di media sosial dihentikan. Jangan menimbulkan kecemburuan sosial. Tanpa ditunjukkan pun, masyarakat sudah tahu bahwa para pejabat mampu. Tidak perlu dipamerkan,” tegas Bupati Dadang Supriatna yang akrab disapa Kang DS ini
Menurut Kang DS, pejabat maupun keluarganya wajar jika ingin berlibur ke berbagai daerah di Indonesia atau ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Tiongkok ataupun menikmati kuliner di tempat mewah. Namun, sebaiknya hal tersebut tidak dipamerkan di media sosial karena dapat melukai perasaan masyarakat.
“Saat ini bukan waktunya pamer. Banyak warga Kabupaten Bandung yang sedang mengalami kesulitan ekonomi dan penurunan daya beli. Lebih baik jika kita berbuat aksi sosial, saling memberi dan berbagi, terutama kepada anak yatim piatu,” pesannya.
Kang DS sendiri secara rutin melaksanakan program Jumat Berkah dengan membagikan paket sembako dan santunan uang kepada ratusan anak yatim piatu di masjid-masjid desa dan kecamatan secara bergiliran.
“Saya ingin Jumat Berkah menjadi motivasi bagi warga yang mampu untuk ikut berbagi dengan sesama,” jelas Kang DS.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa flexing adalah tindakan memamerkan kekayaan atau kemewahan di media sosial, seperti barang-barang mewah, liburan eksotis, atau gaya hidup glamor. Dampaknya dapat menimbulkan rasa iri, ketidakpuasan, hingga tekanan sosial bagi masyarakat lain.
“ Flexing pada akhirnya hanya menumbuhkan narsisme dan kesombongan,” kata Kang DS.