Minggu, Mei 19, 2024
BerandaBale BandungRaden Kalung Bimanagara, Sang Penjaga Citarum

Raden Kalung Bimanagara, Sang Penjaga Citarum

ist by 60

BALEBANDUNG – Baheula mah, kalau mau menyeberang Sungai Citarum atau mau berenang, rakyat di pinggiran Citarum sudah hapal bagaimana caranya agar tetap selamat. Sebelum turun ke Citarum, rakyat suka komat kamit mengucap mantra terlebih dahulu, sambil menepuk-nepuk permukaan Sungai Citarum.

Pokna teh, “Kalung kuring rek meuntas. Kalung kuring rek ngojay, ulah aya naon-naon. (Kalung saya mau menyeberang. kalung saya mau berenang, jangan terjadi apa-apa).

Kalau diibaratkan sebuah kerajaan mah, kita sebut saja Citarum merupakan sebuah wilayah kerajaan yang disebut Kerajaan Citarum. Penguasanya memang sempat disebut-sebut yaitu Raden Kalung Bimanagara. Siapa dia?

Konon menurut carita, Raden Kalung Bimanagara teh putra Raden Natadiredja atau Syech Abdul Manaf. Raden Natadiredja teh termasuk salahseorang turunan Raden Wangsanatakusumah atau yang lebih kesohor dijuluki Dipati Ukur.

Sejak dari kecil sekira umur 7 tahunan, Raden Kalung Bimanagara sudah gemar mencari ilmu kesaktian dengan cara berguru ke yang luhung ilmunya. Baik ilmu lahir maupun ilmu batin. Kalung pun termasuk orang yang giat bertapa.

Pada suatu masa setelah ia beranjak dewasa, saat khusyu bertapa di tempat yang tak jauh dari sisi Citarum, ujug-ujug ia dihampiri seekor ular. Sepertinya ular sanca, tapi ternyata bukan ular sanca. Soalnya pada bagian kepalanya tampak seperti ular naga, tapi bukan pula ular naga. Sebab matanya menyorot tajam bikin silau. Bagian kepalanya tampak seperti mahkota. Kulit sisiknya tampak gemerlap berkilau kalau tersorot cahaya. Besar tubuhnya melebihi paha orang dewasa. Panjangnya sekira 3 meteran.

Seolah sedang menguji keberanian Kalung yang sedang bertapa, ular itu langsung melancarkan serangan. Berkali-kali menyemburkan bisa-nya, tapi tak kunjung ada perlawanan dari Kalung. Ia tak goyah bermuja semedi. Bisa yang berkali-kali disemburkan sang ular, malah luruh luntur sebelum mengenai tubuh Kalung.

Karena penasaran, tak lama kemudian ular itu membelitkan tubuhnya ke tubuh Kalung. Kepalanya berlenggak-lenggok, masih saja Raden Kalung tak kunjung melawan. Tetap duduk tak bergeming bersemedi di atas batu. Badan Kalung tak bergerak sedikitpun. Berkali-kali diserang, tubuh Kalung seolah terlindungi cahaya putih yang bisa mementahkan serangan si ular besar.

Lama kelamaan ular yang tampak ganas itu malah lunglai dan terjatuh di hadapan Kalung. Menghilang wujud ularnya, lantas berubah jadi sebuah benda. Benda inilah yang menjadi senjata pusaka pegangan Raden Kalung. Namanya senjata pusaka Sanghyang Wiratloka.

Kehebatan pusaka Sanghyang Wiratloka bisa berubah wujud lagi menjadi ular, kalau Raden Kalung sedang kepepet atau sedang membutuhkan wujud ularnya. Kemudian ular tersebut bisa ditunggangi seumpama Kalung sedang menyusuri Citarum, dari mulai huluwotan sampai ke muara di ujung lautan.

Memang demikian adanya, sejak menggenggam pusaka Sanghyang Wiratloka, Kalung merasa punya kecintaan yang lebih besar ke Citarum. Hidupnya seakan ditugaskan untuk menjaga wilayah Citarum.

Bahkan di masa buyutnya Ranghyang Dipati Ukur masih hidup, Raden Kalung suka sengaja ikut menghadang pasukan musuh yang hendak menangkap Dipati Ukur, dengan menenggelamkan pasukan musuh ke Sungai Citarum. Begitu pula saat Raden Tumenggung Wiraangun-angun menjabat Bupati Bandung, Raden Kalung malah dijadikan pengawal yang tugasnya menjaga Citarum.

Di masa itu Kalung sangat setia merawat Citarum, menjaga agar Citarum tetap bersih bening. Tak kan ada manusia yang berani membuang sampah ke sungai, apalagi membabat pohon-pohon di tepi sungai, sebab takut oleh ular tunggangan Raden Kalung yang hadirnya tak pernah ketahuan, tahu-tahu sudah ada di depan mata.

Raden Kalung biasa menunggangi ular kalau sedang menyusuri Citarum, yang tak lain penjelmaan dari pusaka Sanghyang Wiratloka. Bagi rakyat yang tinggal di sisi-sisi Citarum, konon hingga kini pun kerap tanpa sengaja kadang melihat wujud ular tunggangan Raden Kalung yang oleh rakyat dijuluki Si Buyung.

Nah, agar Citarum lestari, kita memang perlu Raden Kalung Bimanagara, dalam artian ada yang mau mengurus dan menjaga Sungai Citarum yang disegani oleh rakyat agar manusia tidak seenaknya membuang sampah dan limbah ke sungai, apalagi sampai merusak alamnya.

BERITA LAINYA

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERKINI

spot_img