BANDUNG – Pada masa pemerintahannya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sangat ingin mewujudkan adanya moda transportasi massal yang baru untuk meningkatkan mobilitas di Kota Bandung. Hal itu juga terkait kemacetan selama ini selalu jadi keluhan wisatawan untuk datang ke Bandung, meski angka wisatawan selalu tinggi setiap tahunnya.
Maka dari itu, pengadaan kereta cepat atau Light Rail Transit (LRT) dan Cable Car jadi hal yang harus diwujudkan. Namun demikian, perlu ada kolaborasi strategis dengan semua pihak agar proyek tersebut dapat dilaksanakan dengan minimal kendala.
Berkenaan dengan hal tersebut, Walikota Bandung Ridwan Kamil mengumpulkan para pelaku ekonomi di Kota Bandung yang terkena ‘dampak’ dari pengadaan LRT dan Cable Car tersebut. Pertemuan dilakukan di Ruang Tengah Balaikota Bandung, Jumat (15/4/16).
Pada pertemuan tersebut, Ridwan Kamil mengajak para pelaku ekonomi untuk berkolaborasi dalam mewujudkan kedua transportasi tersebut. Secara langsung maupun tidak, pengadaan LRT dan Cable Car akan turut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Bandung. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia, yakni 7,9% per tahun.
“Setiap tahunnya Kota Bandung menerima enam juta wisatawan. Setiap orang membelanjakan uangnya minimal rata-rata satu juta rupiah. Jadi dari wisatawan saja Rp 6 triliun. Mereka belanja dalam bentuk menginap di hotel, mereka belanja transportasi, mereka belanja makan, hiburan, dan lain sebagainya,” papar Ridwan.
Emil menerangkan laju ekonomi di Bandung akan makin meningkat bila pelayanan transportasi juga makin baik. Menurut Ridwan, Kota Bandung sebagai kota wisata kondisinya berbeda dengan Bali dan Yogyakarta, kota yang juga sering disinggahi oleh pelancong. Perbedaannya terletak pada penggunaan transportasi di dalam kota.
“Kalau di Yogya atau Bali jarang orang bawa mobil sendiri. Pasti ke Yogya-nya naik kereta atau pesawat, di sana mereka melakukan upaya transportasi sendiri. Ke Bali juga sama. Kalau ke Bandung sebaliknya, kalau ke Bandung dominasinya naik mobil,” ungkapnya.
Hal ini kemudian berpengaruh terhadap meningkatnya volume kendaraan sehingga terjadi kemacetan dan jadi keluhan wisatawan karena tingkat kenyamanan dalam berwisata menurun. Emil menjelaskan pengerjaan proyek kereta cepat ini seluruhnya akan dibiayai oleh APBN. Maka dari itu, proses lelang yang saat ini sedang berlangsung kemungkinan akan dihentikan. “Karena semuanya diambil alih oleh negara, oleh APBN, kemungkinan akan ditunda atau dihentikan,” tambah Ridwan.
Rencananya, pemerintah akan memulai proyek pengadaan LRT dan Cable Car tersebut dengan membuka Koridor I. Stasiun-stasiun akan ditempatkan di beberapa titik yang saling berintegrasi antara stasiun LRT dan stasiun Cable Car. Titik-titik tersebut antara lain Gelap Nyawang (PDAM), Cihampelas, Sukajadi (PVJ), Setiabudi (terminal Ledeng), Punclut, Ir. Juanda (Terminal Dago), dan Simpang Dago.
Pada kesempatan ini, Wakil Walikota Bandung Oded M. Danial mengajak para pelaku ekonomi di Kota Bandung untuk berkolaborasi, sesuai dengan prinsip pembangunan Kota Bandung. Kolaborasi yang dimaksud bisa dalam berbagai bentuk, yang mendorong terhadap percepatan pembangunan. “Seluruh stakeholder masyarakat Kota Bandung harus berkolaborasi dengan regulasi Kota Bandung. Yang penting prinsipnya, mari kita berkolaborasi bersama-sama,” ajak Oded.
Pada pertemuan tersebut, para pelaku bisnis menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan proyek pengadaan LRT dan Cable Car ini. Beberapa dari mereka bahkan mengijinkan penggunaan lahan mereka untuk dijadikan salah satu stasiun transit. Para pelaku bisnis ini menunggu arahan dari pemerintah terkait bentuk kolaborasi yang akan dijalankan.