BANDUNG – Tim Ekspedisi Timor dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang terdiri dari enam mahasiswa, empat guru besar, dan empat pendamping dosen melakukan penelitian di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.
Humas Tim Ekspedisi Timor, Izar menjelaskan, penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 Februari sampai 1 Maret 2018 terhadap kuda lokal Timor yang berada di Fulan Fehan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
“Penelitian dilakukan untuk pengembangan kuda lokal Timor dan kuda yang digunakan untuk menjaga wilayah perbatasan,” terang Izar di Bandung, Rabu (14/3/`8).
Izar menguraikan, Fulan Fehan berasal dari kata Fulan yang berarti “Bulan” dan Fehan yang berarti “Kampung”, Fulan Fehan memiliki makna yaitu Kampung Bulan. Fulan Fehan merupakan suatu lembah di kaki Gunung Lakaan yang merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Belu. Lembah ini dihiasi dengan kaktus dan hamparan padang sabana yang selalu hijau sepanjang tahun.
Fulan Fehan disebut sebagai padang rumput ala Eropa karena lembah tersebut merupakan padang penggembalaan hewan ternak. Masyarakat tidak menempati Fulan Fehan sebagai tempat tinggal karena lembah tersebut dipercaya sebagai tanah keramat yang tidak boleh ditempati.
“Penelitian ini dilakukan oleh enam orang mahasiswa dan seorang pendamping yang merupakan sarjana peternakan mengenai identifikasi ukuran tubuh kuda lokal Timor dan aspek sosial dari kegunaan kuda lokal Timor tersebut,” kata dia.
Kuda lokal Timor memiliki karakteristik yang sangat khas bila dibandingkan dengan kuda lokal lain yang ada di Indonesia, salah satunya yaitu tinggi badannya yang tidak melebihi 122 cm. Kuda Timor umumnya digunakan oleh warga setempat sebagai kuda pengangkut beban yang dapat mencapai 160 kg.
“Kuda lokal Timor yang berada di padang rumput Fulan Fehan hampir seluruhnya merupakan kuda milik warga setempat, namun tidak dikandangkan melainkan dibiarkan berkeliaran bebas di padang rumput Fulan Fehan dengan tujuan agar sang pemilik tidak perlu repot menyediakan pakan untuk kuda tersebut,” terangnya.
Menurut Izar penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan setelah 26 tahun. Permasalahan yang dihadapi salah satunya yaitu peralihan fungsi kuda lokal Timor sebagai tenaga pengangkut yang digantikan oleh kendaraan bermotor.
“Peralihan fungsi tersebut menyebabkan banyaknya kuda lokal Timor yang dijual sehingga menurunkan populasi,” ujarnya.
Selain itu, penurunan populasi disebabkan oleh mortalitas (kematian) yang tinggi akibat manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Kuda lokal Timor selain berfungsi sebagai tenaga pengangkut beban juga memiliki potensi untuk menjadi daya tarik agrowisata Fulan Fehan.
“Tujuan dari penelitian ini untuk melestarikan populasi kuda lokal Timor yang semakin menurun dan memanfaatkan sumber daya genetik ternak lokal. Penelitian ini juga diharapkan dapat mempertahankan budaya masyarakat mengenai kegunaan kuda lokal Timor sebagai kuda pengangkut beban yang digunakan sejak dulu,” tutur Izar.
Salah satu brand lokal Kab Bandung ikut men-support kegiatan tersebut, dengan memberikan beberapa alat outdoor seperti hammock, lazybed, raincover dan lainnya.
Nih, Tim Ekspedisi Timor:
Prof. Dr. Ir. Sri Bandiati Komar Prajoga, Dr. Ir. H. Dedi Rahmat, MS, Dr. Ir. Siti Wahyuni, Dr. Ir. Denie Heriyadi, SU, Sjaubari Pramono, Toha, Amd, Dina Amalia, S.Pt., M.Pt, Muhammad Yunizar Hadiansyah, S.Pt, Handi Subhandiawan, S.Pt, Veronica Yuneriati Beyleto, S.Pt., M.Sc, IhsanMursyid (2014), Eka Putra Pratama (2014), Dea Ayu Fauziyah (2014), Luthfi Khaerul Azhari (2014), Darin Nisrina (2014), Fauzan Erlangga Rizqullah Garsadi (2014). []