Minggu, Februari 16, 2025
BerandaBale JabarKenaikan Inflasi Dipengaruhi Permintaan dan Penawaran

Kenaikan Inflasi Dipengaruhi Permintaan dan Penawaran

Pemprov Jabar dan FKPI bersama para ulama dari MUI Jabar menggelar silaturahmi dengan para ulama se-Jabar di Aula Barat Gedung Sate, Selasa (31/5). by Humas Pemprov Jabar
Pemprov Jabar dan FKPI bersama para ulama dari MUI Jabar menggelar silaturahmi dengan para ulama se-Jabar di Aula Barat Gedung Sate, Selasa (31/5). by Humas Pemprov Jabar

BANDUNG – Anggota Dewan Pengarah FKPI Jawa Barat yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI Jawa Barat & Banten Rosmaya Hadi mengatakan,kenaikan inflasi tidak hanya terjadi dari permintaan saja, namun juga dari sisi penawaran. Karenanya menurut Rosmaya perlu ada sinergi dari berbagai kepentingan untuk menstabilkan harga serta menekan laju inflasi, termasuk peran para ulama.

“Kita harus jaga inflasi ini tidak hanya dari satu titik, tapi berbagai arah. Contohnya, bagaimana distribusi harus kita jaga, pengadaan atau ketersediaan pangannya juga harus kita jaga dari segala arah. Juga bagaimana gangguan produksinya harus kita tangani dan kebijakan pemerintah yang harus tepat sasaran,” tutur Rosmaya dalam sambutannya saat silaturahmi Pemprov Jabar dan FKPI bersama para ulama dari MUI Jabar, di Aula Barat Gedung Sate, Selasa (31/5/16).

Rosmaya pun mengungkapkan, dalam hal ini ulama mempunyai peran strategis untuk menekan inflasi melalui pembinaan umat agar bisa menjaga pola konsumsinya, serta meningkatkan ibadahnya di bulan Ramadhan. “Dari sudut pandang agama tentunya kami juga ingin menghimbau bahwa masyarakat itu agar lebih mengalokasikan waktunya atau keinginan belanjanya kepada keinginan bersedekah,” harap Rosmaya.

“Saya mohon untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing, bahwa Ramadhan bukan sesuatu untuk menaikan harga tapi menaikan pahala,” ungkap Rosmaya.

Hal ini pun mendapat dukungan dari para ulama, seperti yang disampaikan dalam tausyiah yang disampaikan oleh KH. Miftah Faridl. Miftah mengatakan banyak kegiatan di bulan Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat saat ini, jauh dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

“Inilah yang barang kali tantangan para ulama, harus bisa menyampaikan pesan bahwa Ramadhan itu bulan ibadah, bulan taqarub. Ramadhan itu bulan banyak di masjid bukan banyak di swalayan, Ramadhan itu bulan banyak berdzikir bukan banyak hitung-hitung hutang. Nah inilah misi kita!” tandas Miftah.

Paling tidak, imbuh Miftah, ibadah yang diajarkan Nabi menjadi salah satu jalan untuk mengurangi frekuensi tentang hal yang dapat menyebabkan konsumerisme. kalau masjid lebih dimakmurkan, KATA mIFTAH, masyarakat banyak waktu dibawa ke masjid mungkin menjadi sedikit waktu untuk ke swalayan, kalau baca Quran lebih dikembangkan mungkin yang lain-lain juga akan berkurang, kalau dzikir menjadi kegiatan dari Ramadhan, mungkin kaum muslim juga memiliki peluang untuk melakukan hal yang baik lainnya.

artinya adalah mengikuti Sunah Rasul; tidak boleh tabdzir, tidak boleh isyraf, yakni tidak boleh berlebih-lebihan, tidak boleh mempertontonkan kekayaan. Dan ajaran yang lain yang harus menjadi sikap kita di bulan Ramadhan,” terangnya.

BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERKINI