CILEUNYI – Anggota MPR RI dr Adang Sudrajat menggelar sosialisasi berbangsa dan bernegara , di Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, Minggu (4/6/17).
Sosialisasi ini merupakan tugas kewajiban sebagai anggota MPR di daerah pemilihannya, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Tugas berbangsa dan bernegara yang juga biasa disebut sosialisasi empat pilar berbangsa dan bernegara ini ia fokuskan pada peringatan kemerdekaan negara Indonesia yang juga bertepatan pada 9 Ramadhan, persis hari ini, Ahad 4 Juni 2017.
Peringatan kemerdekaan RI di bulan Ramadhan ini merupakan moment serentak, untuk memperkokoh jiwa nasionalisme, meningkatkan wawasan kebangsaan, hingga membedah esensi Pancasila dengan masyarakat, terutama para pemuda-pemudi peserta sosialisasi berbangsa dan bernegara. Diskusi dan mendengar segala curahan hati masyarakat yang mendominasi kegiatan ini dengan suasana kekeluargaan diakhiri dengan acara berbuka puasa bersama.
Anggota Komi IX DPR RI dari Fraksi PKS ini mengatakan, negara ini terlihat sudah mulai rapuh persatuan dan kesatuannya. Rakyat terpelah-belah pemikiran dan perdebatannya mengarah pada perpecahan. Ia mengingatkan kepada semua peserta yang hadir agar tidak mudah terpengaruh pada isu-isu yang mengarah pada perpecahan. Sebab goyahnya rakyat Indonesia, akan dimanfaatkan pihak-pihak asing untuk menguasai sendi-sendi sumberdaya bangsa ini.
Nilai dasar kemerdekaan Indonesia yang menjadi topik dasar oleh dr Adang dibuatkan sebuah ilustrasi akan terbelenggunya kekayaan alam negara ini oleh segelintir orang. Negara ini sudah merdeka, tapi sebagian rakyatnya masih terjajah. Rakyat Indonesia masih terjajah ekonominya, yang membuat efek berantai terjajahnya bidang pendidikan dan kesehatan.
Sebagian masyarakat Indonesia yang menguasai kekayaan alam Indonesia sebagai bentuk yang tidak normal. Ia mengatakan, ajaran dari Tuhan akan menolak adanya sebuah upaya monopoli kekayaan, meskipun kekayaan itu diminta oleh orang-orang beriman. Ia pun mencontohkan do’a Nabi Ibrahim yang ingin mendominasi kekayaan untuk orang beriman yang percaya kepada Allah dan hari akhir. Namun katanya, Allah tidak memenuhi permintaan do’a Nabi Ibrahim sebab semua makhluk baik taat maupun ingkar akan diberi rezeki oleh Allah meski kecil.
“Penguasaan ekonomi dalam satu tangan, apapun bentuknya, baik mayoritas maupun minoritas, itu tidak akan sehat”, kata Adang. “Oleh karena itu, bagaimana ke depan, pemerintah mampu membangun ekonomi di desa menjadi kokoh, sehingga masyarakatnya betah tinggal di desa sekaligus menyeimbangkan sebaran penduduk antara kota dan desa, termasuk keseimbangan kesejahteraannya,” imbuhnya.
Pancasila, Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945, Negera Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika merupakan pokok bahasan yang harus disosialisasikan secara terus menerus kepada seluruh elemen masyarakat, terutama kepada generasi muda yang nantinya sebagai pangganti pemimpin bangsa saat ini.
Ketimpangan yang saat ini terjadi sudah mengarah pada situasi yang destruktif. Pilar-pilar bangsa inilah yang mesti hadir melalui penyelenggara negara untuk mengurangi dampak kerusakan dan mengubah ke arah kebaikan. Generasi muda saat ini merupakan calon pemimpin masa depan.
“Wawasan kebangsaan yang mereka miliki tidak boleh lebih lemah dari generasi pemimpin saat ini. Pemahaman yang matang terhadap kebangsaan akan dapat meredam adanya situasi keruh akibat aksi-aksi yang kurang bertanggungjawab,” kata Adang
Ancaman perpecahan bangsa ini lebih berbahaya jika muncul berasal dari elemen internal bangsa. Oleh karena itu, setiap masyarakat Indonesia mesti memahami betapa berharganya bangsa ini, betapa berharganya negara ini, sehingga tanggung jawab merawat negara menjadi suatu dorongan yang muncul dari dalam diri setiap masyarakat.
“Dan untuk pemerintah, bagaimana upaya memperkecil kesenjangan akan kesejahteraan yang ada di masyarakat, sehingga kekayaan alam bangsa ini dapat terdistribusi merata ke seluruh masyarakat.,” pungkasnya.