BANDUNG, Balebandung.com – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Barat menilai stabilitas sektor jasa keuangan Jawa Barat pada Semester 1 tahun 2024 terjaga stabil dan resilien dengan kinerja keuangan yang bertumbuh.
Selain itu juga memiliki indikator prudensial yang memadai, di tengah ketidakpastian global, akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta normalisasi harga komoditas global. Demikian keterangan resmi dari OJK Jabar di Bandung, Jumat (30/8/2024).
Sementara laju ekonomi Provinsi Jawa Barat di triwulan II-2024 tumbuh 4,95 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2024 (yoy) sebesar 4,94 persen.
Namun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang tumbuh sebesar 5,05 persen yoy.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat berada di urutan ke-11 dari seluruh provinsi di Indonesia dan urutan ke-3 dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa.
Dari sisi lapangan usaha, laju ekonomi Jawa Barat ditopang Industri Pengolahan dengan pertumbuhan 2,81 persen yoy. Pertumbuhan lapangan usaha tertinggi pada Transportasi dan Pergudangan (14,13 persen yoy).
Sementara dari sisi pengeluaran, ekonomi Jawa Barat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan 3,84 persen yoy. Pertumbuhan sisi pengeluaran tertinggi pada Konsumsi Pemerintah (26,63 persen yoy).
Perkembangan Sektor Perbankan Perkembangan kinerja Perbankan di Jawa Barat pada Juni 2024 mengalami pertumbuhan positif secara yoy. Tercermin dari beberapa indikator antara lain Aset mencapai Rp914 triliun, atau tumbuh sebesar Rp76 triliun (8,33 persen), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp669 triliun, tumbuh sebesar Rp29 triliun (4,61 persen) dan Kredit mencapai Rp606 triliun, tumbuh Rp46 triliun (8,26 persen).
Pertumbuhan penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan per Juni 2024 di Jawa Barat mencapai Rp606 triliun yang ditopang oleh 63 entitas BU/BUS dan 252 BPR/BPRS.
Nominal ini setara dengan porsi 8,11 persen dari total kredit nasional atau terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Tingkat NPL terjaga di level 2,26 persen, membaik dibanding posisi bulan Juni 2023 yang tercatat sebesar 2,41 persen.
Bank umum yang berkantor pusat di Jawa Barat juga mencatatkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibanding rata-rata perbankan di Jawa Barat. Antara lain tercermin Aset tumbuh 9,78 persen, Dana Pihak Ketiga tumbuh 8,76 persen dan Kredit tumbuh 12,14 persen. Kinerja tersebut didukung oleh dua bank umum konvensional, yaitu Bank BJB dan Krom Bank Indonesia, serta satu Bank Umum Syariah, yaitu Bank BJB Syariah.
Kredit Perbankan Konvensional mencapai Rp564 triliun serta memiliki porsi sebesar 89,03 persen dibanding seluruh kredit di Jawa Barat dan tumbuh 8,88 persen (yoy). Rasio NPL net juga terjaga pada level 3,18 persen. Sementara pembiayaan Perbankan Syariah mencapai Rp69,6 triliun serta memiliki porsi sebesar 10,97 dibanding seluruh kredit di Jawa Barat dan tumbuh 12,54 persen (yoy). NPF juga terjaga pada level 3,01 persen.
Total penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional per Juni 2024 mencapai Rp141,8 triliun. Sedangkan KUR di Jawa Barat mencapai Rp13,84 triliun dan menjadi provinsi penerima KUR terbesar ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur, atau memiliki porsi 9,84 persen dibandingkan total penyaluran KUR Nasional.
Sebanyak 231.588 pelaku usaha di Jawa Barat telah memanfaatkan pembiayaan KUR dengan nilai outstanding saat ini mencapai Rp12,76 triliun. Berdasarkan skema pembiayaan KUR, sektor mikro memiliki porsi paling besar yaitu mencapai Rp8,63 triliun dilanjutkan sektor kecil sebesar Rp5,13 triliun.
Kinerja Keuangan Non-Bank Pada Perusahaan Pembiayaan, tercatat piutang pembiayaan di Jawa Barat pada Juni 2024 mencapai Rp78,8 triliun atau tumbuh positif sebesar 10,93 persen (yoy), dengan NPF masih terjaga di level 3,23 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, piutang pembiayaan didominasi oleh pembiayaan multiguna sebesar 62,7 persen disusul dengan pembiayaan investasi sebesar 22,5 persen dan pembiayaan modal kerja 8,9 persen. Kinerja Perusahaan Pembiayaan tersebut ditopang oleh 1.331 kantor perusahaan pembiayaan baik kantor cabang maupun kantor pemasaran.
Pada Juni 2024, jumlah perusahaan fintech peer to peer lending yang berizin sebanyak 100 perusahaan dengan nominal pembiayaan di Jawa Barat mencapai Rp17,33 triliun kepada 4,99 juta debitur. Sementara itu, tingkat wanprestasi di atas 90 hari sejak jatuh tempo (TWP 90) tercatat sebesar 3,54 persen.
Kinerja Pasar Modal Sampai dengan Juni 2024, total Single Investor Identification (SID) di Jawa Barat tercatat sebanyak 2.833.968 SID, atau tumbuh 18,29 persen dibanding periode tahun sebelumnya.
Jawa Barat menjadi Provinsi dengan jumlah SID terbanyak atau mencapai 21,78 persen secara Nasional. Hal ini menunjukkan antusiasme warga untuk mengakses produk keuangan Pasar Modal. Selama semester 1 tahun 2024, total transaksi saham dari Jawa Barat mencapai Rp15,6 triliun, terbesar ketiga setelah DKI Jakarta & Jawa Timur.
Sementara jumlah investor pasar modal terkait kepemilikan Surat Berharga Negara di Jawa Barat mencapai 214.548 investor, terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Saat ini sudah ada 81 perusahaan dari Jawa Barat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dari sektor perbankan, telekomunikasi, properti dan industri makanan & minuman. ***