SOREANG,balebandung.com – Empat orang dari perwakilan pengurus Persaudaraan Donor Darah Majalaya (PDDM) Kabupaten Bandung menemui jajaran Komisi D DPRD Kabupaten Bandung, Soreang, Senin (5/9/2022) untuk beraudiensi.
PDDM dan diwakili Elis, Wiwin, Anjar dan Ayi itu, dengan membawa harapan pembentukan Unit Transfusi Darah (UTD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalaya. Audensi PDDM itu diterima langsung Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung Maulana Fahmi, dan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung H. Cecep Suhendar, dan jajarannya.
“Tujuan audensi dengan harapan pemerintah memfasilitasi pengadaan UTD di RSUD Majalaya, untuk memudahkan pelaksanaan transfusi darah. Kemudian darahnya digunakan untuk penanganan penderita thalasemia di wilayah Majalaya dan sekitarnya yang mencapai 104-106 orang,” kata Elis kepada wartawan di DPRD Kabupaten Bandung.
Setelah UTD terbentuk atau terfasilitasi di RSUD Majalaya, kata Elis, PDDM langsung membubarkan diri. “Sebelum UTD ada, PDDM terus-menerus melaksanakan kegiatan sosial donor darah di beberapa tempat,” kata Elis.
Sementara itu Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung Maulana Fahmi mngatakan, PDDM itu merupakan organisasi inisiatif, dengan pengurus dan anggotanya yang di antaranya memiliki anak penderita thalasemia.
“Untuk mendapatkan darah untuk membantu penanganan thalasemia, harus pergi ke PMI Kabupaten Bandung di Kopo, selain PMI di Jalan Aceh Kota Bandung,” katanya.
Untuk pengadaan darah, kata Maulana Fahmi, PDDM melaksanakan kegiatan donor darah mulai di lingkungan sekolah, fasilitas publik, mall dan di tempat lainnya.
“Inisiatif mereka sangat bagus, karena menginisiasi kegiatan sosial donor darah,” katanya.
Sebelumnya, kata Anggota Dewan dari Fraksi PKS ini, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan darah, setelah anak-anak di antara mereka yang menderita thalasemia membutuhkan darah untuk transfusi darah.
“Keberadaan darah itu menentukan hidup dan matinya penderita thalasemia,” katanya.
Maulana Fahmi pun mengatakan, sehingga PDDM berinisiatif untuk mengusulkan pengadaan UTD di RSUD Majalaya. “Mereka bicara lokal, karena mereka masih lokal. Wilayah garapannya Paseh, Ibun, Solokanjeruk dan Majalaya,” katanya.
Ia mengatakan, jika kontek kebijakan berbicara kebutuhan darah harus se Kabupaten Bandung. “Secara inisiasi, mereka bicara lokal. Tapi kita akan mendorong se Kabupaten Bandung. Data mereka itu 106 pasien yang terus-menerus membutuhkan darah di Majalaya dan sekitarnya,” katanya.
Tetapi, kata dia, jika berbicara pasien thalasemia se Kabupaten Bandung pasti lebih banyak. “Jadi mereka berharap ada UTD di RSUD Majalaya. Anggarannya cukup besar antara tiga sampai lima miliar rupiah,” katanya.
Dengan adanya UTD, kata dia, masyarakat bisa mendonorkan darahnya di tempat itu dan langsung bisa mengolahnya. Dengan harapan darahnya bisa dimanfaatkan oleh pasien thalasemia.
“Kita juga turut mengapresiasi kegiatan kemanusian mereka, yang merupakan inisiatif, dan independen juga. Kita juga dorong untuk bekerja membuat perkumpulan se Kabupaten Bandung, sesuai dengan kemampuan. Kita minimal mendorong di setiap rumah sakit itu ada UTD, diantaranya di RSUD Majalaya, Cicalengka dan Soreang,” tuturnya.
Maulana Fahmi pun berharap kepada PMI untuk lebih optimal dalam melayani masyarakat, khususnya melayani kebutuhan darah. “Kita pun harus punya data, berapa sih stok darah yang dibutuhkan di Kabupaten Bandung,” katanya.
Ketika dikomunikasikan dengan Dinas Kesehatan, katanya, turut mendukungnya pengadaan UTD tersebut. Tetapi darah itu dibutuhkan tak hanya untuk pasien thalasemia, juga tindakan operasi lainnya juga membutuhkan darah.
“Kita pun berharap untuk mengoptimalkan PMI Kabupaten Bandung. Kita optimalkan juga ada UTD di rumah sakit. Supaya disaat butuh darah tak pergi ke PMI Kopo,” katanya.***