
BANJARAN – Pemerintah Kabupaten Bandung bekerjasama dengan Kementrian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, mengaktifkan Brigade Proteksi untuk pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC) di musim pancaroba.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, luas lahan yang terjangkit WBC mencapai 1.048 hektar. Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH.,M.IP mengatakan, kerugian tersebut terjadi di beberapa kecamatan. Jika dikalkulasikan mencapai 5,8 ton per hektar atau sekitar 6.078,4 kwintal.
“Dalam mengantisipasi WBC, Kementan, Pemprov dan Pemkab akan aktifkan Brigade Proteksi. Tindakan teknis yang akan dilakukan yakni sosialisasi pengendalian WBC, gerakan pengendalian WBC oleh Pemprov, pembagian pestisida untuk para petani, pemupukan dan pemberian bibit unggul padi,” sebut Bupati Bandung, saat Gerakan Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat di Desa Kamasan, Kec Banjaran, Rabu (8/2/17).
Ia mengingatkan pada seluruh petani agar menggunakan metode tanam serentak dalam proses penanaman padi. Sehingga dengan didukung penggunaan pestisida baik kimia maupun hayati, perkembangan WBC bisa ditekan.
“Saya ingatkan, sebaiknya masa tanam dilakukan serentak untuk luasan lahan, dengan disebarkannya pestisida baik kimia maupun hayati, perkembangan WBC bisa ditekan, selain melestarikan musuh alami untuk WBC,” pesannya.
Dadang menyebut luas lahan pertanaman padi sampai 6 Februari 2016 seluas 36,159 hektar. Dari sasaran luas tanam Oktober 2016 sampai Maret 2017 seluas 54,614 hektar atau mencapai 66,20%. Sasaran produksi padi sebesar 508.820 ton gabah kering pungut dengan rata-rata produktivitas 62,03 kwintal per hektar.
Bupati berharap upaya preventif ini bisa meningkatkan hasil panen padi dan kesejahteraan petani Kabupaten Bandung. Karena menurutnya keberhasilan dalam usaha tani akan dipengaruhi ada tidaknya gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Jika tidak diantisipasi secara serius, OPT ini bisa menyebabkan puso.
“Kunci keberhasilan panen selain upaya ini, yang terpenting adalah menjaga keseimbangan ekosistem. Jika ekosistem terjaga, OPT bisa dikendalikan,” tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian Ir.H.A. Tisna Umaran,MP menjelaskan kondisi serangan OPT sudah bisa dikendalikan dan berada pada level aman dalam keseimbangan ekologi.
“Saat ini jumlah OPT WBC masih aman, yakni 5 sampai 10 ekor per rumpun. Pada level aman, saatnya kita menanam dan melestarikan musuh OPT WBC alami, yakni parasitoid, jamur atau tanaman refuzia yang menghasilkan nektar sebagai makanan OPT,” terang Tisna.