Kamis, Maret 28, 2024
BerandaBale JabarNih, Perjuangan Yana Mulyana, Sang Penyintas Covid-19

Nih, Perjuangan Yana Mulyana, Sang Penyintas Covid-19

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana di ruang kerjanya di Bale Kota Bandung, Jumat (13/4). by Humas Pemkot

BALEKOTA, Balebandung.com – Menjadi penyintas Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), jadi pengalaman berharga bagi Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Berhasil melewati serangkaian tahap penyembuhan telah memberinya kesempatan kedua untuk hidup dengan lebih bermakna. Proses demi proses dijalaninya dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan.

Ditemui di ruang kerjanya di Balai Kota Bandung, Yana menceritakan kisahnya melawan Covid-19 kepada Humas Kota Bandung, Jumat (13/4/20). Saat berbincang dengan Humas Kota Bandung, ia mengenakan setelan santai yang membuatnya terlihat nyaman.

Ia tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan memakai masker dan sarung tangan. Ia bahkan tak bersalaman, hanya menyapa kami dengan hangat satu per satu seperti biasanya.

“Saya sangat bersyukur, Allah masih sayang sama saya. Ketika pertama kali divonis Covid-19, jujur saya terpukul. Yang saya ingat adalah kematian,” ungkap wakil wali kota mengawali ceritanya.

Yana Mulyana positif mengidap Covid-19, diduga setelah menghadiri acara Musyawarah Daerah (Musda) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat di Karawang pada 8 Maret 2020 lalu. Salah seorang tamu undangan yang hadir di acara tersebut dan sama-sama dinyatakan positif Covid-19 tidak tertolong. Hal itu semakin membuatnya pasrah.

“Selama di rumah sakit saya diinfus di ruangan tiga kali tiga. Saya tidak tahu dunia luar, makan bubur, bertahan hidup. Saya makan apapun yang dikasih. Berupaya tetap makan, berupaya tetap minum. Obat mah ada yang suntik ada yang oral, pokoknya saya SOP dari dokter saya jalani, nggak ada yang nggak,” bebernya.

Berbekal keyakinan untuk sembuh, Yana terus menjalani pengobatan di rumah sakit selama 11 hari. Setelah sebelumnya menjalani isolasi mandiri selama empat hari. Ia sama sekali tidak bisa menerima kunjungan dari siapa pun, bahkan dari keluarganya. Selama ini, interaksinya dengan keluarga hanya lewat telepon.

“Karena keyakinan saya ini muslim, saya yakin semua penyakit pasti ada obatnya. Semua semata-mata karena izin Allah, saya bersyukur hari ini bisa sehat dan sudah negatif,” ucapnya.

Dorongan doa dan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat pun semakin menumbuhkan semangatnya. Ia mengaku menerima pesan singkat dari seseorang yang menyemangatinya, bahwa ia harus tetap hidup untuk keluarga dan masyarakat Bandung yang mendoakannya.

“Pasti keluarga, anak, istri, saya juga cukup banyak dorongan doa. Banyak WA (WhatsApp) juga dari masyarakat ke saya. Katanya, ‘Kang amanah akang belum selesai membangun Bandung’. Itu jadi spirit buat saya untuk istri anak keluarga, dan saya punya utang pengabdian untuk masyarakat,” ucapnya.

Semangat yang sama ingin ia sampaikan kepada para pasien yang saat ini sedang berjuang untuk melawan virus ini. Menurutnya, kuncinya terletak pada pikiran yang positif dan kedisiplinan untuk mengikuti seluruh anjuran dari dokter.

“Masyarakat yang mungin hari ini masih dirawat, berdoa mah pasti. Motivasi iya, dan punya keyakinan tadi. Bahwa insyaallah setiap penyakit ada obanya. Spirit for life-nya harus ada. Mudah-mudahan dengan begitu imun kita positif. Kalau pikiran kita positif, imun kita naik. Semua ini pasti seizin Allah. Apa pun yang terjadi itu berarti takdir,” bebernya.

Oleh karenanya, ia selalu mengimbau kepada masyarakat untuk terus menahan diri tinggal di rumah. Keluar rumah hanya untuk situasi darurat, serta menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh para tenaga medis.

“Yang masih sehat, benar-benar diam di rumah. Karena virus ini kayak MLM (Multi Level Marketing). Cukup banyak orang-orang yang dia tidak bergejala, merasa sehat karena daya tahan tubuhnya baik, padahal dia positif. Akhirnya dia jadi tidak steril, dia menularkan kepada siapapun tanpa dia sadari. Dia tularkan ke keluarganya, ke orang tuanya, ke temennya, bahkan ke orang yang mungkin nggak dikenal,” tutur ayah dua anak itu.

Itulah mengapa, lanjutnya, isolasi 14 hari itu penting untuk memutus rantai penularan. Pada 14 hari itu adalah masa inkubasi virus.

“Kalau dia (virus corona) diam di orang yang sehat, imunnya kuat, di hari keempat belas itu dia mati. Itu yang saya baca. Maka kita harus sabar, jangan sampai di hari ketigabelas kalau keluar berarti nambah lagi 14 hari, jadi 27 hari, begitu,” kata dia.

“Tangan itu harus bersih. Pada saat kita keluar, jangan sekalipun kita menyentuh area muka, karena virus itu masuk lewat mata, hidung, dan mulut. Jadi, jangan pernah (menyentuh wajah). Dan kalau setelah pulang, semua yang kita pakai ini cuci, syukur-syukur kita bisa mandi, ganti baju semua. Kita juga harus berpola hidup sehat. Karena dengan sistem imun kita sendiri kita bisa mengalahkan virusnya. Karena belum ada obatnya,” imbuhnya.

Ia berharap tak ada lagi korban-korban virus ini berikutnya. Jangan sampai warga merasakan kepahitan karena Covid-19.

“Mungkin cukup saya yang merasakan sakit beratnya perjuangan melawan Covid-19 ini. Warga Kota Bandung jangan ada lagi. Makanya diam di rumah untuk jangan sampai tertular, bahkan menularkan ke orang lain,” tutur Yana. ***

BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERKINI